Example 468x60
Example 468x60
Pendidikan

Menelusuri Jejak Budaya dan Keindahan Alam: Mahasiswa Geografi UHO Eksplor Tanah Toraja dan Toraja Utara dalam KKL 3

120
×

Menelusuri Jejak Budaya dan Keindahan Alam: Mahasiswa Geografi UHO Eksplor Tanah Toraja dan Toraja Utara dalam KKL 3

Sebarkan artikel ini

Tanah Toraja, Sulawesi Selatan – Langit cerah dan udara pegunungan menyambut rombongan mahasiswa Jurusan Geografi Universitas Halu Oleo (UHO) menapaki jejak pengalaman lapangan yang tak terlupakan. Dalam rangka Kuliah Kerja Lapangan (KKL) 3, kegiatan yang berlangsung dari 11 hingga 13 Juni 2025 ini menjadi sebuah ekspedisi di wilayah Tana Toraja dan Toraja Utara. Tak sekadar perjalanan akademik, KKL 3 menjadi perpaduan sempurna antara eksplorasi ilmiah, kekaguman akan alam, serta refleksi mendalam terhadap warisan budaya yang hidup di tengah masyarakat.

Sebagai mata kuliah wajib lanjutan dari KKL 1 (pengenalan bentang lahan) dan KKL 2 (studio analisis geospasial), kegiatan ini dirancang untuk mempertemukan teori dengan kenyataan di lapangan. Mahasiswa ditantang tidak hanya memahami lanskap dan fenomena geografis, tetapi juga meresapi kehidupan sosial-budaya masyarakat secara langsung. Dan Toraja, dengan kekayaan budaya serta lanskap menawan, menjadi ruang belajar terbuka yang sempurna.

Example 468x60

Kali ini, destinasi yang dipilih bukanlah sekadar wilayah biasa. Toraja, dengan bentang alam menawan dan budaya yang unik, menjadi laboratorium terbuka yang luar biasa. Mahasiswa berkesempatan menyaksikan langsung kekayaan alam serta nilai-nilai adat istiadat yang telah mengakar selama ratusan tahun.

Perjalanan dimulai dari kawasan Danau Limbong di Tana Toraja, danau alami yang tenang dengan lanskap perbukitan yang mengelilinginya. Lokasi ini menjadi titik awal pengamatan mahasiswa terhadap sistem hidrologi lokal dan potensi pariwisata alam.

Rombongan kemudian bertolak ke Kete’ Kesu, desa adat yang terkenal akan rumah Tongkonan, makam gantung, dan tata ruang desa yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat Toraja. Mahasiswa belajar bagaimana struktur budaya bisa mempengaruhi tata ruang dan pola permukiman.

Destinasi selanjutnya adalah Londa, gua pemakaman ikonik di Toraja. Di sini, para peserta menyaksikan langsung tradisi pemakaman leluhur Toraja yang menggunakan gua batu sebagai tempat peristirahatan terakhir. Tengkorak dan peti mati tersusun rapi, menciptakan suasana magis namun penuh makna budaya.

Mahasiswa juga singgah di Kolam Alam Tilanga, kolam alami yang dihuni belut suci (sogili), serta mengunjungi Buntu Burake, lokasi patung Yesus tertinggi di Asia Tenggara yang menawarkan panorama spektakuler dari puncak bukit.
Petualangan berlanjut ke Toraja Utara, dengan destinasi ikonik Lolai – Negeri di Atas Awan. Pagi hari disambut kabut tebal yang menyelimuti perbukitan, menciptakan suasana dramatis seolah melayang di langit. Rasa lelah terbayar lunas dengan pemandangan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Kunjungan budaya dilanjutkan ke Lemo, lokasi makam batu dengan deretan tau-tau (patung arwah leluhur), serta Bori Kalimbuang, kompleks megalitikum yang menjadi saksi sejarah panjang budaya penguburan Toraja.

Kegiatan makin seru dengan fun rafting di Sungai Sa’dan, sungai terpanjang di Toraja yang menyuguhkan arus menantang dan pemandangan lembah alami. Selain memacu adrenalin, mahasiswa juga belajar tentang dinamika morfologi sungai dan potensi ekowisata.

Menjelang akhir kegiatan, rombongan singgah di Pasar Tedong, tempat transaksi kerbau, babi, dan aneka suvenir khas Toraja. Di sinilah momen berburu oleh-oleh dan interaksi langsung dengan masyarakat lokal menambah warna dalam perjalanan.

Salah satu peserta KKL 3, Arman, mengungkapkan kekagumannya terhadap pengalaman yang ia alami selama berada di Toraja. Menurutnya, keindahan Toraja tidak hanya terletak pada panorama alamnya yang memukau, tetapi juga pada nilai-nilai budaya dan cara hidup masyarakatnya yang sangat berbeda dari daerah lain. Ia merasa bahwa perjalanan ini memberinya pemahaman baru tentang bagaimana masyarakat lokal menjaga tradisi dan hidup selaras dengan alam.

Arman juga mengaggumi tradisi pemakaman Toraja yang unik:
“Yang paling membuat saya tercengang adalah cara mereka menghormati orang yang sudah meninggal. Ada yang dikubur di gua, ada yang digantung di tebing, bahkan bayi yang belum tumbuh gigi dikubur di pohon. Ini bukan sekadar tradisi, tapi warisan budaya yang sangat berharga.”

Lebih lanjut, Arman menambahkan:
“KKL 3 ini adalah momen yang tidak akan pernah saya lupakan. Selain menambah ilmu, ini juga jadi pengalaman emosional karena bisa jalan dan belajar bersama teman-teman satu angkatan. Rasanya benar-benar bahagia dan penuh makna.”

Program KKL 3 ini membuktikan bahwa pembelajaran di luar kelas bisa memberikan pengalaman nyata yang tak tergantikan. Toraja menjadi panggung pembelajaran geografi, sekaligus ruang refleksi akan kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan.