SULTRA, KENDARI – Hajatan pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Haluoleo (UHO) Kendari telah berlalu. Hajatan yang digelar Senin (16/6/2025) itu menghasilkan Prof. Armid sebagai pemenang dengan 31 suara mengalahkan dua kompetitornya Prof. Ruslin 13 suara, dan Prof. Takdir Saili yang meraup 30 sura.
Hal yang mengherankan dan memantik tanda tanya besar banyak pihak dari Pilrek UHO tersebut adalah kekalahan calon rektor yang mendapatkan suara penuh dari Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek), dimana pada Pilrek UHO tersebut suara menteri sebesar 35% atau setara 26 suara diberikan secara penuh kepada Prof. Takdir Saili.
Keheranan dan pertanyaan besar tersebut didasarkan pada hasil pemilihan putaran pertama atau pemilihan tahap satu yang dilakukan sebanyak 49 anggota Senat UHO, dimana Prof. Takdir Saili hanya meraup 4 suara dari total 49 anggota senat UHO yang menyalurkan hak suaranya. Sedangkan Prof. Armid meraup 32 suara, dan Prof. Ruslin mendapatkan 11 suara.
Pasalnya, secara matematis bila 4 suara basis yang diraup Prof. Takdir Saili ditambahkan dengan suara menteri sebesar 35% atau setara 26 suara maka total suara yang akan dikantongi oleh Prof. Takdir Saili hanya mentok di angka 30 suara. Angka 30 suara ini tentu saja masih kalah bila dibandingkan dengan suara basis yang dimiliki Prof. Armid sebesar 32 suara.
Peta matematis inilah yang memantik keheranan dan pertanyaan besar sebahagian publik Sulawesi Tenggara, khususnya para civitas akademika UHO. Pasalnya, keberpihakan Mendiktisaintek kepada calon yang kalah ini dinilai aneh dan janggal.
“Kok, Mendiktisaintek memberikan suara secara penuh kepada calon Rektor UHO yang secara matematis jelas-jelas kalah,” tukas Salahuddin, S.Sos, M.Si, salah seorang civitas akademika UHO dengan nada tanya.
Menurut dosen FISIP UHO ini, keberpihakan atau dukungan Mendiktisaintek kepada calon rektor yang secara matematis jelas-jelas kalah patut dipertanyakan, sebab hal tersebut tidak logis dan tidak rasional. “Masak ada menteri yang mau kasi kalah dirinya. Ini aneh kan?,” tukas Salahuddin lagi.
Karena itu, kata Salahuddin, patut diduga ada hal besar sehingga Mendiktisaintek rela memberikan suaranya secara penuh kepada calon yang secara matematis jelas-jelas kalah. “Dugaannya bisa saja karena adanya suap. Hanya suap yang bisa membuat seseorang atau pejabat tertentu mengambil tindakan dan sikap di luar nalar,” katanya.
Selain dugaan suap, kata dia, hasil Pilrek UHO kali ini sarat dengan intervensi atau cawe-cawe dari Rektor UHO, Prof. Muhammad Zamrun Firihu dan juga intervensi atau cawe-cawe dari Gubernur Sultra, Andi Sumangerukka.
Menutnya, intervensi dan cawe-cawe Rektor UHO, Prof. Muhammad Zamrun Firihu dia lakukan sejak lama dengan cara menekan dan mengintimidasi sesering mungkin nggota Senat UHO agar memilih Prof. Armid. ” Ada sejumlah anggota senat yang bercerita bahwa mereka ditelepon dan diarahkan Prof. Zamrun untuk memilih Prof. Armid. Soal ini ada bukti rekaman yang kita dapatkan dari sejumlah anggota senat yang pernah ditelepon oleh Pak Rektor,” tuturnya. Jumat 20/06/2025.
Selain menuturkan intervensi atau cawe-cawe dari Rektor UHO, Prof. Muhammad Zamrun Firihu, sumber tersebut juga mengungkap soal keterlibatan Gubernur Sultra, Andi Sumangerukka dalam Pilrek UHO.
Menurutnya, Gubernur Sultra terlibat full dalam Pilrek UHO kali ini. Katanya, keterlibatan Gubernur Sultra, Andi Sumangerukka diungkap langsung oleh Prof. Takdir Saili. “Dalam rekaman suara yang saya dapatkan, Prof. Takdir Saili mengaku dibantu full oleh ASR (Andi Sumangerukka, red) sehingga dia mendapatkan suara menteri,” tuturnya.
Salahuddin melanjutkan, timbulnya hal-hal aneh dan janggal pada Pilrek UHO kali ini maka hasil Pilrek UHO kali ini layak dan patut ditolak atau dibatalkan.
Menurutnya, ada beberapa alasan kenapa hasil Pilrek UHO kali ini harus ditolak atau dibatalkan. Pertama, Prof. Armid selaku calon yang mengalahkan calon dukungan menteri merupakan produk dari anggota senat hasil rekayasa Rektor UHO, Prof. Muhammad Zamrun Firihu dan juga calon yang diduga cacat moral.
Alasan kedua, lanjut dia, karena ada dugaan intervensi dan cawe-cawe dari Gubernur Sultra. “Dugaanku, ada kompromi dan persekongkolan antara ASR (Andi Sumangerukka, red), MZF (Muhammad Zamrun Firihu, red), dan ARM (Armid),” katanya.
Alasan ketiga, sambungnya, adanya dugaan suap kepada menteri melalui wakil menteri selaku utusannya sehingga menumpahkan suaranya secara full kepada calon yang secara rasional dan matematis kalah. “Menurutku, hal ini patut diduga terjadi karena hasil persekongkolan dan akal-akalan ASR, MZF, dan ARM. Mereka berhasil membohongi atau menipu pak Menteri,” tutupnya.
Untuk diketahui bahwa Pilrek UHO kali ini pada putaran pertama atau Pilrek tahap satu diikuti oleh 6 (enam) calon yakni Prof. Armid, Prof. Edy Karno, DR. Zein Abdullah, Prof. Ruslin, Prof. Takdir Saili, dan Prof. Yusuf Sabilu.
Hasilnya, Prof. Armid meraup 32 suara, Prof. Edy Karno 1 suara, Dr. Zein Abdullah tidak mendapatkan suara atau 0 suara, Prof. Ruslin 11 suara, Prof. Takdir Saili 4 suara, dan Prof. Yusuf Sabilu memperoleh 1 suara.
Karena pemilihan putaran pertama atau tahap satu ini bertujuan untuk penentuan 3 calon peraih suara terbanyak yang akan dipilih pada pemilihan putaran ke 2 atau pemilihan tahap dua, maka 3 tiga calon yang berhasil ke tahap dua adalah Prof. Armid dengan 32 suara, Prof. Ruslin dengan 11 suara, dan Prof. Takdir Saili dengan 4 suara.
Anehnya, pada pemilihan putaran kedua yang mengikutkan Mendiktisaintek yang digelar pada Senin (16/6/2025), Mendiktisaintek melalui utusannya yakni Wakil Menteri malah menjatuhkan suaranya secara penuh kepada Prof. Takdir Saili yang secara logis dan matematis kalah. Dan faktanya, calon yang dipilih Mendiktisaintek melalui utusannya mengalami kekalahan dalam pemilihan tersebut.
Tim