Konawe Selatan, Sultra – Kepala Desa Wonua Kongga, La Ode Sabaino, dengan tegas membantah tuduhan bahwa dana Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp460 juta masih berada dalam penguasaannya. Ia menegaskan bahwa tudingan yang disuarakan oleh kelompok Front Masyarakat Desa Wonua Kongga (FMWK) dalam aksi demonstrasi baru-baru ini adalah fitnah dan bentuk pembodohan terhadap masyarakat.
“Itu adalah hoaks! Dana CSR sudah diterima dan sebagian besar telah dikuasai oleh oknum yang kini tergabung dalam AMWKM. Kami memiliki bukti konkret berupa transferan dari perusahaan serta kuitansi yang membuktikan realisasi dana tersebut,” ujar La Ode Sabaino kepada awak media, Selasa (28/1/2025).
Menurutnya, justru kelompok yang kini menggiring opini negatif adalah pihak yang selama ini terlibat dalam pengelolaan dana CSR. Bahkan, ia menyoroti bahwa selama ini alokasi dana tersebut telah dilakukan sesuai ketentuan dan diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat.
La Ode Sabaino menjelaskan bahwa dana CSR dari perusahaan telah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan masyarakat, termasuk pembangunan pagar jari-jari bagi rumah warga di sepanjang jalan poros dan lorong-lorong di Desa Wonua Kongga.
“Kami telah menyalurkan dana CSR sesuai peruntukannya. Semua Kepala Keluarga, khususnya yang rumahnya berada di depan jalan, sudah menerima manfaatnya. Jadi, kalau ada yang bilang CSR ini masih di tangan saya, itu tidak berdasar!” tegasnya.
“Mereka menuduh saya menyimpan dana CSR tahun 2022, padahal itu dikelola langsung oleh perusahaan. Bahkan, dana community development (comdev) dari PT. Wijaya Inti Nusantara juga sudah disalurkan melalui masing-masing kepala dusun,” jelasnya.
La Ode Sabaino juga mengkritisi pernyataan FMWK yang menyebut bahwa dana CSR seharusnya dibagi langsung kepada masyarakat. Menurutnya, wacana tersebut menyesatkan dan tidak sesuai dengan tujuan utama dana CSR, yang memang diperuntukkan bagi pembangunan dan kesejahteraan warga secara kolektif.
“Dalam demonstrasi mereka, ada yang mengatakan bahwa dana CSR akan dibagi ke masyarakat, tapi kenyataannya hingga sekarang tidak jelas ke mana perginya dana yang pernah mereka kelola. Justru mereka yang menguasai sebagian besar dana itu, namun malah menuding pemerintah desa!” katanya dengan nada heran.
Lebih lanjut, La Ode Sabaino juga menyinggung adanya motif politis di balik narasi yang dibangun oleh kelompok tertentu. Ia menduga, tuduhan-tuduhan ini muncul akibat kekecewaan atas hasil pemilihan kepala desa sebelumnya.
“Ini bukan sekadar kritik, tapi lebih kepada dendam politik. Narasi mereka lahir dari kecemburuan akibat kekalahan dalam Pilkades. Seharusnya setelah pemilihan usai, kita semua bersatu membangun desa, bukan terus mencari-cari kesalahan tanpa dasar,” ujarnya.
Menanggapi polemik yang terjadi, La Ode Sabaino mengimbau seluruh masyarakat Wonua Kongga untuk tidak mudah terprovokasi oleh isu yang tidak jelas sumbernya. Ia menekankan bahwa persatuan dan gotong royong adalah kunci utama dalam membangun desa yang lebih baik.
“Saya ingin Desa Wonua Kongga tetap damai. Ini adalah desa kecil yang mayoritas dihuni oleh masyarakat adat Muna. Jangan biarkan perpecahan terjadi karena kepentingan pribadi. Jika ingin membangun desa, mari beri saran yang konstruktif, bukan menebar fitnah!” tutupnya.
Dengan klarifikasi ini, La Ode Sabaino berharap agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar dan tidak terpengaruh oleh isu yang dapat merusak persatuan di Desa Wonua Kongga.
Laporan : Tim